Sabtu, 16 Juli 2016

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

Kita semuanya tentu telah maklum, bahwa pengaruh keluarga terhadap anak berbeda-beda. Sebagian keluarga mendidik anak-anaknya menurut pendirian yang modern. Sedang sebagian yang lain masih menganut pendirian-pendirian yang kuno atau kolot.
Keadaan keluarga berlainan pula antara satu sama lain ada keluarga yang kaya, ada yang kurang mampu, ada keluarga yang banyak anggotanya dan ada juga yang sedikit, ada keluarga yang selalu diliputi suasana yang tenang dan tentram ada juga yang selalu gaduh bercekcok dan sebagainya. Dengan sendirinya keadaan keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga baik yang berupa benda dan orang-orang serta peraturan dan adat-istiadat dalam keluarga sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak.   Bagaimana cara orang tua mendidik dalam keluarga itu, demikianlah cara anak itu mereaksi dalam lingkungannya.
Suatu contoh jika anak di dalam keluarganya sering kali ditertawakan dan diejek jika ia tidak berhasil melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan selalu berhati-hati dan tidak akan melakukan sesuatu yang baru atau yang sukar, ia akan selalu menjadi orang yang selalu diliputi keragu-raguan.
Jika di dalam lingkungan keluarga ia selalu dianggap dan dikatakan bahwa ia masih kecil dan karena itu belum dapat melakukan sesuatu, kemungkinan besar anak itu selalu merasa kecil, tidak berdaya tidak dapat melakukan sesuatu. Ia akan berkembang menjadi orang yang masa bodoh dan tidak atau kurang mempunyai perasaan harga diri.
Sebaliknya jika anak itu dididik dan dibesarkan oleh orang tua atau lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan berdasarkan kasih sayang kepadanya ia akan tumbuh menjadi anak yang tenang dan mudah menyesuaikan diri terhadap orang tua dan anggota keluarga lainnya serta lingkungan disekitarnya.
Dengan demikian akibat umum yang timbul karena kesalahan dalam mendidik anak dalam lingkungan keluarga adalah kurangnya perasaan harga diri terhadap anak tersebut. Mengingat buruknya akibat yang timbul maka perlu kranya diberikan saran atau beberapa petunjuk untuk mengurangi perasaan kurangnya harga diri tersebut.
a.        Janganlah seringkali melemahkan semangat anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri, banyak orang tua yang menganggap kalau anaknya belum bisa mengerjakan atau berbuat sesuatu sehingga kerap kali mereka melarang anaknya melakukan hal-hal yang baru.
b.        Janganlah mempermalukan anak atau mengejek anak dimuka orang lain kadang orang tua menganggap cara itu sebagai alat untuk mendidik anak supaya jera.
c.        Jangan terlalu membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih terhadap anak-anak baik antara anak yang besar dan yang kecil maupun antara anak laki-laki dan perempuan, usahakan agar dalam segala tingkah laku dan perbuatan serta ucapan menunjukkkan cinta dan kasih sayang yang merata kepada mereka.
d.        Jangan terlalu memanjakan anak, tapi kita harus memperdulikan mereka. Seorang anak yang dimanjakan akan kurang rasa tanggung jawabnya, selalu berstandar dan minta pertolongan kepada orang lain, merasa diri tidak sanggup dan sebagainya. Demikian pula anak yang tidak diperdulikan atau kurang terpelihara oleh orang tuanya akan merasa bahwa dirinya itu rendah, tak berharga merasa diasingkan oleh orang lain dan sebagainya. Maka akibatnya ia kan berbuat sekehendak hatinya.
e.        Jangan terlalu mengekang atau over protektif terhadap anak. Jika terlalu dikekang maka anak itu akan merasa dibelenggu oleh orang tuanya, dan jika suatu saat belenggu itu lepas dia akan meluapkan segala perasaan dan emosi yang ada dalam dirinya, kebanyakan anak semacam ini akan bersifat brutal.

Oleh : Siti Halimah, S.Pd.I

Kamis, 30 Juni 2016

MARCHING BAND AN- NAHDLOH : MENGUSUNG IRAMA RELIGI

Dibentuk pada bulan Agustus 2010, Marching Band AN Nahdloh hadir sebagai sebuah kebijakan dan inovasi baru di MI. Nahdlatul Fata. Madrasah yang dikepalai oleh Bapak H. Nur Jazin ini memang berusaha mengajarkan berbagai kegiatan positif diluar program akademik dan kurikuler. Salah satunya adalah dengan hadirnya Marching Band An Nahdloh.
Berawal dari sebuah keinginan untuk memiliki sebuah kelompok atau grup musik  islami yang sesuai dengan perkembangan zaman, berbagai usahapun dilakukan. Bermodal infaq dari orang tua dan wali siswa ditambah dengan donasi dari para aghniya’ yang dimotori oleh Komite Madrasah (H. Ahmad Muslim, H. Muh Zaenuri, H. Muh Tarom), akhirnya berhasil membeli satu set peralatan Marching Band. Syukur Alhamdulillah peralatan tersebut telah dipilih dengan standard yang cukup, sehingga telah sesuai bila digunakan di tingkat  SD/MI ataupun SMP/MTs. Walau sempat terjadi tenggang waktu dengan pembelian seragam (faktor anggaran), namun dengan semangat tinggi seperangkat Marching band plus  seragam berhasil dimiliki.
Akar bertaut berbagai program lanjutanpun segera dilakukan. Pertama, dibentuk susunan pengelola Marching Band. Sebagai kooordinator adalah beliau Bp Sulaiman, A.Ma (Waka Kurikulum). Selanjutnya segera didatangkan Team pengajar & pelatih. Tak tanggung-tanggung pelatih yang dipilih adalah Team pelatih senior yang didatangkan langsung dari Sayung Demak. Mereka adalah Bp. Nurdin beserta stafnya yang merupakan  pelatih sekaligus juri marching band tingkat Jawa Tengah dan telah terbiasa melatih kelompok marching band pemula dan berhasil di berbagai lomba.
Selanjutnya adalah pemilihan anggota. Sungguh luar biasa antusias siswa untuk menjadi anggota. Mengatasi hal tersebut, pengelola dan pelatihpun mengadakan ”audisi” untuk memilih anggota yang terbaik. Akhirnya terpilih 64 anggota marching band an nahdloh (Siswa-siswi kelas III s/d kelas VI).
Berbeda dengan marching band lain. Groupmarching band an nahdloh di desain dengan sentuhan Islami, baik dalam seragam, penampilan ataupun irama lagu yang dimainkan. Ini tentunya disesuaikan dngan visi dan citra madrasah pemiliknya. Dalam seragam contohnya anggota putri diwajibkan memakai jilbab. Begitu pula dalam irama lagu yang dimainkan. Alhamdulillah saat ini telah dikuasai 6 buah lagu dengan baik. 3 diantaranya bernuansa religi. Keenam lagu tersebut adalah :
  1. Tobat Maksiat (Wali)
  2. Tombo Ati (Opick)
  3. Sholawat Badar (NN)
  4. Terajana (Rhoma Irama)
  5. Keong Racun ( Sinta & Jojo)
  6. Humko Humise Churalo (India)
Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan Marching Band. Bagi anggota sendiri marching Band An nahdloh melatih kebersamaan dan kekompakan dalam team, melatih kemandirian dan kedisiplinan serta memupuk jiwa seni yang bernuansa Islam.
Titin Pratiwi, siswi kelas VI yang bertugas sebagai salah satu mayoret mengaku sangat senang menjadi anggota marching band An nahdloh karena dapat melatih jiwa kepemimpinannya sekaligus melatih mentalnya untuk berani tampil percaya diri didepan umum. Berbeda dengan Titin, Andi Hermawan Susanto siswa kelas V yang bertugas sebagai penabuh Kuarto Drum, mengaku sangat senang karena bias menyalurkan hobi musiknya lewat Marching Band An Nahdloh.

Dengan komitmen dan rajin berlatih Marcing Band An Nahdloh telah berani tampil menunjukkan kekompakanya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kali penampilannya memenuhi undangan dalam berbagai hajatan warga sekitar. Ya, siapa yang ingin menikmati penampilan Marching Band Islami, hadirkan kami group Marching Band An Nahdloh.

Kamis, 23 Juni 2016

MI NAFA, BERJAMAAH DZUHUR PASTI !!!

Upaya pembiasaan pengamalan ajaran agama sedini mungkin dilakukan. Sholat sebagai salah satu ibadah utama dalam Islam merupakan kewajiban yang mutlak dilakukan. Namun sebuah kenyataan bahwa sebagian generasi Muslim menganggap bahwa sholat hanyalah kewajiban orang tua. Meninggalkan sholat tidak apa-apa. Tidak melakukan sholat sudah biasa. Astaghfirullah !!! Tsumma Astaghfirullah...
Madrasah Ibtidaiyah sebagai salah satu lembaga pendidikan dasar islam mempuanyai kewajiban untuk menanamkan nilai-nilai aqidah dan ibadah sedini mungkin. Sejalan dengan ini, MI Nahdlatul Fata mempunyai program wajib sholat dzuhur berjamaah bagi siswanya. Program ini diharapkan akan semakin mempertebal rasa tanggung jawab siswa untuk selalu melaksanakan sholat (berjamaah).
Lokasi MI. Nafa memang sngat menunjang program tersebut karena berdekatan dengan masjid Baiturrohim. Pun, hal tesebut tidak mengganggu kegiatan KBM sehari-hari. Jam pelajaran yang berjumlah 7 jam perhari (kelas III s/d VI) selesai pada pukul 12.30 WIB. Karenanya sholat dzuhur bejamaah dilaksanakan ketika jam pelajaran yang ke 7.
Ketika berlangsung KBM jam ke 7, begitu mendengar azdan dhuhur dikumandangkan maka sejenak KBM di ”break” kan untuk melaksanakan sholat dzuhur. Sebuah kebijakan yang sangat mulia untuk membiasakan melaksanakan sholat tepat pada waktunya.
Begitu adzan berkumandang, semua siswa, anak-anak yang manis segera mengambil perlengkapan sholat. Siswa Putra mengambil sarung dan kopyah, siswi putripun menyiapkan kerudung dan mukena bergegas bersama-sama menuju masjid bersama bapak dan ibu guru. Duduk berjajar diserambi masjid, melepas sepatu, mengambil air wudhu dan kemudian sholat dhuhur berjaamaah bersama. Sebuah pemandangan yang membanggakan.
Banyak sekali hikmah dan manfaat yang diperoleh dari kebijakan ini. Sholat berjamaah akan memupuk tanggung jawab siswa untuk senantiasa melaksanakan sholat tepat waktu, mempererat ukhuwah islamiyah, menumbuhkan sikap disiplin dan membentuk pribadi muslim yang selalu sadar akan tanggung jawab dan kewajibannya.

Karenanya dengan penuh keyakinan MI. Nahdlatul Fata akan melanggengkan kebijakan tersebut. Amin. Sholat dluhur berjamaah, PASTI !!!! 

Senin, 20 Juni 2016

BEASISWA S1 BAGI LULUSAN MADRASAH

Dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing lulusan pendidikan madrasah, Kementerian
Agama melalui Direktorat Pendidikan Madrasah memberikan Beasiswa Biaya Hidup untuk
melanjutkan studi jenjang Strata Satu (S1) di sejumlah universitas yang terakreditasi di luar
negeri baik Asia, Amerika, Eropa dan Timur Tengah .
Bisa di sedot DISINI

JUKNIS TUNJANGAN PROFESI 2016

Berikut kami lampirkan juknis tunjangan profesi 2016. Siapkan berkas-berkas anda bagi yang sudah memenuhi persyaratan.
Silahkan download DISINI

Sabtu, 18 Juni 2016

BEBERAPA PENYEMPURNAAN EMIS SEMESTER GANJIL TP. 2016-2017

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 mendatang rencananya akan dilakukan penyempurnaan aplikasi EMIS. Perubahan tersebut diantara adanya penambahan variable pada form data lembaga, data personal, data siswa, data lulusan, dan data pegawai madrasah. Jika kita lihat, penambahan data tersebut sudah disesuaikan dengan data pada aplikasi Dapodik Kemendikbud. 
Secara umum, mekanisme updating semester ganjil TP 2016/2017 rencananya masih akan menggunakan mekanisme yang sama dengan periode sebelumnya :
1.    Input/Update Data menggunakan Form Data Excel
2.    Validasi Data menggunakan Aplikasi Desktop EMIS
3.    Upload Data menggunakan Aplikasi EMIS Online
Untuk updating semester genap TP 2016/2017 direncanakan akan ada perubahan mekanisme updating dan aplikasi yang digunakan.
Penambahan Variabel pada Form Data Lembaga 
1. Jenis Bahasa Asing (Jika Memiliki Jurusan Bahasa), Khusus MA : Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, Bahasa Perancis, Bahasa Jerman, dll
2. Kategori Wilayah Khusus :
- Daerah Terpencil/Terbelakang    
- Daerah Masyarakat Adat    
- Daerah Bencana Alam/Sosial
- Daerah Perbatasan
3. Kepemilikan Sertifikat ISO :
- ISO 9001:2000    
- ISO 9001:2008    
- Dalam Proses
- Belum
4. Daya Tampung Asrama Madrasah
5. Gelar Depan & Gelar Belakang Kepala Madrasah
6. Status Menerima BOS : - Bersedia    - Tidak Bersedia
7. Luas Tanah Berstatus Wakaf & Hak Guna Bangunan
8. Jumlah Sarpras/Bangunan dalam Kondisi Rusak Sedang
9. Laboratorium PAI didata
10. Status Kepemilikan Sarpras Pendukung Pembelajaran : -Milik Sendiri    -Bukan Milik Sendiri
11. Besarnya Daya Listrik (Watt) 
12. Ketersediaan Air Sanitasi (Kecukupan Air, Sumber Air Sanitasi & Air Minum untuk Siswa)
13. Kualitas Jaringan Internet
14. Jaringan Internet Yang Tersedia
15. Riwayat Bantuan Yang Pernah Diterima Madrasah
Penambahan Variabel pada Form Data Personal/PTK 
1.  Agama PTK
2. Riwayat Pendidikan PTK (Jenjang S1, S2 & S3) 
3. Tambahan Data Guru Tetap Non-PNS (Nomor SK dan Tanggal SK Pengangkatan Guru Tetap Non-PNS)
4. Tambahan Data Inpassing Guru Non-PNS (Nomor SK Inpassing dan Tanggal SK Inpassing)
5. Tambahan Data Terkait Sertifikasi Guru 

Penambahan Variabel pada Form Data Siswa

1. Jenis Beasiswa Yang Diterima Tahun 2016
2. Jangka Waktu Beasiswa Yang Diterima Tahun 2016 (dalam satuan bulan)
3. Jumlah Uang Beasiswa Diterima
4. Agama Siswa 
5. Jenis Bahasa Asing Yang Dipilih Siswa  Khusus siswa jurusan Bahasa MA :
6. Nama Wali Kelas Saat Ini
7. NPSN Sekolah pada Jenjang Sebelumnya
8. Nomor Blanko SKHUN pada Jenjang Sebelumnya  Untuk MA & MTs
9. Nomor Seri Ijazah pada Jenjang Sebelumnya  Untuk MA & MTs
10. Total Nilai UN pada Jenjang Sebelumnya  Untuk MA & MTs
11. Tanggal Kelulusan pada Jenjang Sebelumnya
12. Identitas Wali Siswa (Jika Yang Menanggung Biaya Pendidikan bukan Orangtua Kandung Siswa)
13. Jenis Tempat Tinggal Siswa 

Penambahan Variabel pada Form Data Lulusan  

1. Nomor Induk Kependudukan (NIK) Lulusan
2. Agama Lulusan 
3. Nomor Peserta Ujian Nasional (UN) Lulusan
4. Nomor Blanko SKHUN Lulusan
5. Nomor Seri Ijazah Lulusan
6. Tanggal Kelulusan

Penambahan Variabel pada Form Data Pengawas Madrasah

1.  Riwayat Pendidikan Pengawas Madrasah (Jenjang S1, S2 & S3) 
2. Tambahan Data Terkait Sertifikasi Pengawas Madrasah

Silahkan unduh FILE EMIS Semester Ganjil TP 2016/2017 DISINI

Jumat, 17 Juni 2016

PESONA CANDI ANGIN

           Jepara merupakan sebuah Kabupaten di wilayah Utara Pulau Jawa. Jepara sendiri memiliki berbagai jenis kategori pariwisata mulai dari dataran tinggi sampai rendah. Salah satunya adalah wisata kategori budaya, yakni Candi Angin.

             Candi Angin sendiri terletak di Dukuh Duplak, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Menurut para peneliti Candi Angin lebih tua daripada Candi Borobudur. Dinamakan demikian karena ada sebuah pusaran angin di lubang Candi Angin sehingga dinamakan candi angin. Sunrise di candi angin tak kala indah dengan yang ada di puncak 29 karena letak geografisnya yang bersebelahan dengan gunung gajah mungkur. Candi Angin di sinyalir adalah peninggalan Kerajaan Kalingga. Bahkan ada yang beranggapan kalau candi ini buatan manusia purba di karenakan tidak terdapat ornamen-ornamen Hindu-Budha. 
             Untuk bisa kesana kita harus berjalan kaki sekitar 7 km dari dukuh Duplak Tempur atau sekitar 2,5 jam. Tidak perlu khawatir tentang tiket masuk, karena masih gratis dan jangan lupa motor/mobil anda, silahkan diparkirkan di rumah warga.  

Selasa, 14 Juni 2016

EDARAN TUNJANGAN FUNGSIONAL TAHAP I

Edaran Tunjangan Fungsional Tahap I bisa di download DISINI

JUKNIS TUNJANGAN FUNGSIONAL

Juknis Tunjangan Fungsioanal tahun 2016 dapat di download DISINI

VERVAL NRG TAHUN 2016 SEMESTER GENAP


          Saat ini operator SIMPATIKA Kanwil Kemenag Prov. Jateng sedang memproses verval NRG. Mekanisme verval NRG adalah sebagai berikut:

1. Memastikan bahwa scan Ijazah S1 dan Sertifikat Pendidikan adalah scan dari dokumen asli, bukan fotocopy meskipun dilegalisir

2. Memastikan bahwa Ijazah S1 diterbitkan sebelum proses sertifikasi, Apabila Ijazah-nya bukan S1, maka per 2013 harus sudah melebih usia 50 tahun
3. Kode mapel sertifikasi harus sama dengan yang tertera pada digit ke 7,8,9 pada nomor peserta sertifikasi, dengan mengabaikan tahun lulus sertifikasi. Tetapi harus diusahakan sesuai kode nomor peserta sertifikasi sesuai tahun terdekat.

             Apabila ada salah satu dari ketiga kriteria tersebut, tidak terpenuhi, Verval NRG akan DITOLAK, dan harus diulang sesuai kriteria tersebut. Adapun surat resminya sebagai berikut :
Silahkan Klik Downlod

30 AIR TERJUN DI KABUPATEN JEPARA


Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah yang bagian barat dan utaranya dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan.

Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Penyeberangan ke kepulauan ini dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Pelabuhan Jepara. Karimunjawa juga terdapat Bandara Dewandaru yang didarati pesawat dari Bandara Ahmad Yani Semarang.
Kabupaten Jepara secara administratif wilayah luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km, terdiri atas 14 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 183 desa dan 11 Kelurahan Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2 (26,30%). Secara Administratif Kabupaten Jepara terbagi dalam 5 wilayah, yaitu:
Jepara Pusat: Jepara, Tahunan
Jepara Selatan: Welahan, Kalinyamatan
Jepara Utara: Karimunjawa, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Donorojo, Keling
Jepara Barat: Kedung, Pecangaan
Jepara Timur: Batealit, Mayong, Nalumsari Pakis Aji
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Selain memiliki beberapa pantai yang indah, Jepara juga dikaruniai dengan 30 air terjun yang menawan. Berikut ke-30 air terjun di Kabupaten Jepara dapat di lihat DISINI

Senin, 13 Juni 2016

PROSEDUR PENGAJUAN DANA HIBAH PROVINSI JAWA TENGAH

Dana hibah pendidikan merupakan dana yang di hibahkan kepada lembaga pendidikan yang memenuhi syarat. Diantaranya telah memiliki SK Kemenkumham. Di Jepara sendiri sudah di cabut alokasi tersebut karena terdapat beberapa masalah, diantaranya adalah banyaknya lembaga pendidikan yang belum memenuhi persyaratan tetapi sudah di SK kan mendapat daha hibah.
Kita tidak perlu
khawatir, di wiliyah Provinsi Jawa Tengah masih di buka pengajuan dana hibah.
Berikut kami lampirkan prosedur pengajuan dana hibah di wilayah Provinsi Jawa Tengah, silahkan Download DISINI

Surat Edaran Tentang Keaktifan Data Guru Madrasah Calon Peserta Sertifikasi


Berikut Surat Edaran Tentang Keaktifan Data Guru Madrasah Calon Peserta Sertifikasi Tahun 2016 dapat di Unduh di :
http://adf.ly/1bAKdK
TULISAN

MENGENAL KECERDASAN KITA


Oleh Siti Halimah, S.Pd.I



Kecerdasan atau kemapuan manusia sangat beragam, namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :
1. Kecerdasan spiritual (SQ)
Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan kita untuk berahlak mulia dan mengenal siapa diri kita dan Tuhan kita. Jadi SQ bukan hanya kemampuan untuk menjalankan ibadah semata saja, tetapi bagaimana ibadah yang kita laksanakandapat dimaknai dan diterapkan dalam kehidupan kita. Artinya perilaku kita merupakan cerminan dari ibadah yang telah kita laksanakan sehingga kita jadi manusia yang dicintai oleh Tuhan dan makhluk-Nya.
2. Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan kitauntuk dapat mempengaruhi dan diterima orang lain dengan baik. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi. Kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan sebaik-baiknya,kemampuan intuk menyelesaikan konflik serta untuk memimpin diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
            Selama ini EQ kurang diajarkan kepadagga kemampuan anak untuk mencintai dan dicintai oleh sesame menjadi kendala dalam bergaul dan berteman. Kesulitan dalam bermasyarakat kebanyakan berawal dari kurangnya kecerdasan emosional kita.
3. Kecerdasan Intelektual (IQ)
            Kecerdasan intelektual adalah kemampuan kita untuk mengolah dan berfikir kognitif. Kecerdasan yang terukur dengan angka-angka sejak kita berada di bangku sekolah adalah kecerdasan intelektual.
            Manusia siapapun dia adalah mahluk yang diciptakan Tuhan dan telah mengikat perjanjian dengan-Nya bahwa dia adalah mahluk-Nya. Pada saat ruh ditiupkan oleh sang pencipta manusia dibekali sifat-sifat yang mulia untuk bekal hidupnya. Sifat-sifat yang ditiupkan Allah itulah fitrah yang dibawa lahir ke dunia. Jadi, ketika manusia telah menjadi janindan lahir di dunia ini dia telah memiliki sfitrah yang suci, yakni fitrah dari Allah. Oleh karena itulah fitrah manusia harus selalu dijaga agar tidak terkotori sifat-sifat setan yang sering kita sebut dengan nafsu manusia, seperti dengki, sombong, dusta, malas dan sifat berlebihan.

            Untuk menjaga fitrah, perlu dilakukan pengenalan kembali tentang siapa Tuhannya. Bagaiman kita sebagai mahluk Tuhan harus menjalankan hidup di dunia ini, bagaimana agar kita selalu dicintai oleh Tuhan. Itulah kecerdasan spiritual. Karakter ini perlu dibentuk atau ditanamkan terlebih dahulu sebelum kita mendapatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Dengan itu kita akan tahu bahwa kecerdasan yang kita miliki adalah untuk menjalankan perintahNya. Bukan untuk hal-hal yang akan membawa bahaya bagi diri kita, orang lain dan mahluk lainnya yang ada disekitar kita.

Daftar bacaan
-          Daniel Golman, Kecerdasan Emosional 2004

-          Cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ, Bandung, Kaifa 2000

Tragedi Toga dibalik Wisuda

Oleh: Shohibul Habib, S.Th.I

Dalam hiruk-pikuk selebrasi wisuda, toga menjelma bagai “jas presiden” yang pantas diagung-agungkan. Toga mengabarkan pada khalayak bahwa seorang anak manusia telah selesai masa studinya di universitas atau sekolah dengan raihan gelar bertajuk sarjana/wisudawan. Toga mengukuhkan kuasa serta identitas murid menjadi manusia merdeka dan berhasil lulus. Ya, manusia yang merdeka dari kungkungan pelbagai tugas kuliah, PR Sekolah dan tetek-bengek urusan pendidikan.
Aneh kedengarannya, jika wisudawan atau wisudawati tak mengenakan toga saat wisuda tiba. Entah fenomena ini telah menjadi tradisi wajib para akademisi saat wisuda tiba, atau sekadar selebrasi event yang bisa saja diganti jika sudah tak relevan dengan zamannya. Yang pasti, toga telah ditafsir wisudawan atau wisudawati sebagai simbol kesuksesan studi.
Sadar atau tidak, toga yang seharusnya menjadi simbol “kewibawaan” bagi para sarjana, alih-alih justru menjelma menjadi tragedi yang memilukan, bahkan menyengsarakan. Toga menjadi tragedi, tatkala sarjana tak kuasa memaknainya secara kritis. Toga yang semula menjadi kawan saat wisuda, bisa jadi akan menjadi lawan saat pesta-pora wisuda usai. Ya, toga menjadi lawan yang akan “menertawakan” sinis pada sarjana, jika sarjana tak mampu memberikan kontribusi riil atau sekadar mendistribusikan ilmunya bagi masyarakat sekitarnya.
Secara tak sadar, selama ini sebenarnya toga telah berhasil mengelabuhi asumsi seorang sarjana bahwa toga adalah segalanya, pengakuan status kesarjanaan, sehingga harus dikejar mati-matian. Padahal, jika kita mau berpikir kritis sejenak, toga sebenarnya ingin menagih obralan janji kaum akademisi sebagai penyeru “agen perubahan sosial” yang digembar-gemborkan dahulu. Sudahkah mereka menjadi agen perubahan sosial?
Bagi saya, toga tak lebih seperti sarung atau celana bagi muslim saat sembahyang mengahadap Tuhannya. Toga hanyalah simbol formal selebrasi hajatan universitas atau sekolah yang berjudul wisuda. Selebihnya, toga tak beda dengan pakaian lainnya. Meski begitu, toga bukan berarti miskin makna. Toga tetaplah busana sakral bagi para pemakainya (wisudawan/wisudawati), karena di dalam toga tersemat pelbagai makna agung.
Tafsir Toga vis a vis Kontribusi Sarjana
Dalam toga tersimpan pelbagai makna lewat sematan simbol dan tanda yang unik. Bicara soal symbol dan tanda, otomatis bicara soal semiotika budaya (cultural semiotic). Roland Barthes —ahli semiotik asal Perancis— pernah menyatakan, simbol yang tercipta dalam sebuah medium yang bersifat masif merupakan representasi dari budaya yang ada (Peter Pericles Trifonas: 2003). Jadi, jika dulu toga hanya dikenal bangsa Romawi kuno sekitar abad 1200 SM sekadar sebagai pakaian yang dililitkan ke tubuh saat dalam ruangan, maka kini, derajat toga telah tinggi dan menjadi budaya pakaian kaum akademisi yang dipakai hanya saat event tertentu seperti wisuda.
Jika kita mau menilik eksistensi toga, setidaknya terdapat tiga simbol dengan tiga makna yang unik dan berbeda dalam tubuh toga. Yakni, warna hitam pada toga, topi toga Idealnya, berbentuk persegi, dan kuncir tali di topi toga. Pertama, warna hitam pada toga. Seperti jamak diketahui, hitam merupakan simbol misteri dan kegelapan. Nah, misteri dan kegelapan inilah yang harus dikalahkan oleh para sarjana. Sejauh mana mereka mau mentransformasikan ilmunya pada masyarakat. Selain itu, warna hitam juga berarti keagungan. Maka dari itu, selain sarjana, hakim dan pemuka agama pun memakai toga dengan warna hitam. Jadi, sarjana adalah teladan masyarakat. Tak sepantasnya jika mereka menyalahi norma.
Kedua, topi toga berbentuk persegi. Topi toga berbentuk persegi menyimbolkan bahwa seorang sarjana dituntut mampu berpikir rasional, dan memandang segala sesuatu dari pelbagai sudut pandang secara komprehensif. sarjana harus mampu berpikir multidisipliner, tak rigid, dan tak eksklusif, dengan harapan agar tidak timbul klaim-klaim kebenaran yang berpotensi lahirnya konflik.
Ketiga, kuncir tali di topi toga. Saat penyerahan ijazah sarjana, master, atau doctor, biasanya kita mengamatia adanya seremonial pindah kuncir taliyang semula dari kiri kemudian digeser ke kanan. Ini tentu bukan tanpa makna. Ini pertanda bahwa setelah menjadi wisudawan-wisudawati, ia dituntut untuk lebih menggunakan otak kanannya-yang meniscayakan kreatifitas dan inovatifitas pengembangan ilmu pengetahuan, dari pada penggunaan otak kiri yang cenderung berfungsi menerima asupan ilmu pengetahuan.
Terlepas dari semua hiruk pikuk wisuda serta makna simbolis toga tersebut, persoalan mendesak saat ini adalah sudahkah para sarjana itu memberikan kontribusi nyata pada masyarakat sekitarnya? Idealnya, wisuda tidak hanya diartikan sebagai selesainya masa study dengan raihan gelar dan “keberhasilan semu”, tapi wisuda lebih tepat diartikan sebagai moment memulai belajar dengan realitas kehidupan yang penuh dengan problematika akut. Dari sana seharusnya para wisudawan tahu kalau yang dibutuhkan masyarakat adalah kontribusi kalian, bukan sebatas kerangka teoritik yang justru tidak bias dipahami masyarakat awam. Segera tentukan peranmu dan jadilah insan yang bermanfaat karena sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi sesama.
Penulis adalah alumnus
MI Nafa tp. 2003

Sekarang Aktif Sebagai Manager KSU Nafa Takaful.
INFO GURU

Form Pendaftaran Siswa Baru

Penerimaan Peserta Didik Baru MI Nahdlatul Fata TP. 2016/2017

Minggu, 12 Juni 2016

Layanan Hotspot MI NAFA Dan Fungsinya

MI Nahdlatul Fata telah berinovasi mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya dengan memasang Wifi melalui fiber optic dan signal Radio. Jika pembaca berada di radius 300 meter dari MI Nahdlatul Fata dan Taman Baca Nafa, pasti bisa mengakses layanan tersebut. Tentu saja dapat login dengan password tertentu. Layanan ini rencananya akan diluncurkan per juni 2016 oleh kepala MI Nahdlatul Fata. Berikut akan kami paparkan mengenai Hotspot dan fungsinya secara lengkap.
Hotspot adalah suatu istilah bagi sebuah area dimana orang atau user bisa mengakses jaringan internet, asalkan menggunakan PC, laptop, Hp atau perangkat lainnya dengan fitur yang ada WiFi (Wireless Fidelity) sehingga dapat mengakses internet tanpa media kabel.
Atau definisi Hotspot yang lain adalah area dimana seorang client dapat terhubung dengan internet secara wireless (nirkabel atau tanpa kabel) dari PC, Laptop, note book ataupun gadget seperti Handphone dalam jangkauan radius kurang lebih beberapa ratus meteran tergantung dari kekuatan frekuensi atau signalnya.
Fungsi Hotspot yaitu dengan Hotspot kamu bisa melakukan koneksi internet seperti browsing, berkirim email, chatting transaksi bank, mendownload, sambil menunggu seseorang, hangout, maupun saat bertemu dengan rekan bisnis kamu dan lain-lain.
WiFi adalah kependekan dari “Wireless Fidelity” merupakan sebutan untuk standar jaringan atau network nirkabel (tanpa kabel) dengan menggunakan Frekuensi Radio yang sering dikenal dengan Radio Frequency (RF). Di mana ketika awalnya Wi-Fi hanya ditujukan untuk pengunaan perangkat nirkabel (jaringan tanpa kabel) dan Local Area Network (LAN), namun pada saat ini WiFi lebih banyak digunakan untuk mengakses jaringan internet. Sehingga dalam hal ini sangat memungkinan jika seseorang dengan komputer yang berisikan fitur wireless card ataupun PDA (Personal Digital Assistant) untuk bisa terhubung dengan internet dengan menggunakan titik akses atau yang lebih dikenal dengan sebutan istilah “hotspot”.

Keuntungan jika menggunakan WiFi yaitu sangat praktis, dimana perangkat dapat terhubung ke dalam jaringan tanpa membutuhkan perantara kabel.

Pendidikan Karakter, Upaya Mengendalikan Degradasi Moral Bangsa

Moral merupakan landasan dan patokan dalam bertindak bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari baik di tengah-tengah kehidupan masyarakat maupun dalam lingkungan keluarga. Moral berada pada batin atau pikiran setiap insan sebagai fungsi kontrol terhadap pikiran-pikiran negatif yang akan direalisasikan. Dengan moral segala tindakan akan mudah terarah.
Dalam kehidupan bermasyarakat, moral merupakan sikap yang bersifat baik yang dapat diterima oleh masyarakat  sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. Oleh karena itu, manusia  diharapkan memiliki moral karena hal tersebut penting demi berlangsungnya sosialisasi terhadap lingkungannya.
Apabila suatu bangsa dihuni oleh manusia yang bermoral dan bermartabat, maka pastilah kehidupan serta peradaban dalam bangsa tersebut akan berjalan mulus. Yang kemudian akan membawa diri bangsa kepada kehidupan yang jauh dari keterpurukan, kemiskinan, dan krisis moral yang berkepanjangan.
Ketika kita memperbincangkan mengenai kualitas moral anak-anak bangsa Indonesia, mungkin kita patut untuk prihatin. Karena maraknya kasus-kasus pelanggaran moral yang mewarnai bangsa ini mencerminkan bahwa bangsa kita ini telah mengalami degradasi moral yang sangat memprihatinkan. Mulai dari kasus tawuran remaja, kasus narkoba dan minuman keras, kasus pelecehan seksual, kasus pornografi dan pornoaksi terutama yang terjadi di kalangan para pelajar. Kasus yang terjadi baru-baru ini menimpa salah satu anak bangsa yang masih berstatus sebagai pelajar menjadi duka sekaligus tamparan bagi dunia pendidikan. Yuyun, siswi berusia 14 tahun diperkosa dan dibunuh oleh 14 pemuda ketika pulang dari sekolah. Harapan dan cita-cita kedua orang tuanya pun pupus sudah. Para pelaku yang rata-rata masih remaja tanggung itu pun harus meringkuk di balik jeruji besi dan tidak dapat bersekolah. Masih banyak kasus-kasus kekerasan maupun kriminalitas yang terjadi di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi moral bangsa terutama generasi muda mengalami kemerosotan sehingga perlu mendapat perhatian. Selain itu, kasus tersebut membuktikan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter yang sangat serius. Mengatasi krisis karakter inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah khususnya Kemendikbud. Kasus Yuyun memang tidak sepenuhnya menjadi beban berat bagi dunia pendidikan kita yang belum berhasil membentuk karakter warga negara yang baik, akan tetapi  hal tersebut ada kaitannya dengan masalah hukum, keamanan dan kriminalitas yang semakin mewabah di masyarakat. Namun besarnya harapan berbagai pihak terhadap dunia pendidikan untuk membangun sumber daya manusia, membentuk karakter, serta mengembalikan bangsa Indonesia kepada jati dirinya.
 Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional yang dinyatakan dalam pasal 3 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan mempunyai moral yang tinggi. Masalah yang terjadi, saat ini terjadi kesenjangan dalam mendidik anak. Tanggung jawab pendidikan seolah diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Sementara orang tua  dan masyarakat kurang peduli bahkan mengabaikannya.
Disinilah pendidikan karakter sebagai salah satu solusi untuk memperbaiki moral bangsa. Dimana pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah yang datang baik intern (pada diri sendiri) maupun ekstern (keadaan di sekitarnya) melalui tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter juga membangun etika sosial yang nantinya berperan dalam pengimplementasian pada kehidupan sosial masyarakat.
Para pendidik harus bekerja keras dalam melaksanakan perannya mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi dukungan dan partisipasi masyarakat dan orang tua dalam hal ini sangat dibutuhkan. Keluarga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak dan anggota keluarga lainnya, karena keluarga merupakan sarana terdekat dalam pembentukan karakter serta kepribadian individu. Disamping itu, masyarakat juga dapat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter melalui lembaga-lembaga sosial baik formal maupun non formal.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya pendidikan karakter pada suatu bangsa sebagai penanaman nilai-nilai pada putra-putri bangsa sebagai pedoman untuk membangun bangsa yang bermartabat, serta menciptakan integrasi sosial yang nantinya berimplikasi terhadap masa depan bangsa Indonesia.


Oleh, Nur Salim
Guruku
Enam tahun bahkan mungkin lebih
Kita bercengkrama dalam indahnya budi pekerti
Namun siapa sangka kini kita akan terpisah
Meski kebersamaan yang terjalin kian mesra
terima kasih guru
baktimu dalam mengajari kami ilmu
kan senantiasa menjadi pelita dalam gelap langkahku
meski intensitas kita kian berkurang
namun doaku kan terus berkembang seusai sembahyang
guru… semoga kau sudi memaafkan
segala kekhilafan, serta kealpaan yang telah aku lakukan
sehingga dalam aku menyongsong masa depan
kian mendapat kemudahan dan kelancaran
kini aku akan memasuki jenjang baru dunia pendidikan
semoga seiring doa dan restumu
jalanku semakin mantap tertuju

pada perubahan diri yang kian berakhlak dan berilmu